Jumat, 06 September 2013

PUSSY RIOT Dinyatakan Bersalah

Pengadilan di Moskow menghukum dua tahun penjara kepada tiga anggota band Pussy Riot setelah dinyatakan bersalah telah melakukan "kerusuhan" dan memicu kebencian agama. 
Ketiga artis muda itu tanggal 21 Februari lalu, di gereja terpenting di ibukota Moskow menggelar “Doa Punk” menentang kembalinya Vladimir Putin yang kala itu menjabat perdana menteri, untuk memegang jabatan presiden. Mereka juga memprotes hubungan erat antara negara dan gereja di Rusia. Katedral Kristus Juru Selamat di Moskow itu dikenal sebagai jantung aktivitas Kristen Ortodoks Rusia. Pembela menyebut proses itu bermotifkan politik.
"Usir Putin“
Terutama yang menarik perhatian adalah video aksi protes yang diposting di internet, dengan lagu yang dialih suara menjadi "Santa Maria, perawan suci, usirlah Putin.“ Putin sendiri setelah terpilih sebagai presiden secara terbuka mengatakan kemarahan atas tampilan aksi protes tersebut. "Saya harap, itu tidak akan pernah terulang kembali,“ kata Putin 7 Maret lalu.
Pengacara ketiga terdakwa Jumat (17/08) meminta fans ketiga artis itu untuk mendukungnya di depan gedung pengadilan. Tapi mereka tidak boleh tampak memakai topeng, membawa bendera dan tampil secara transparan, untuk tidak ditangkap atas tuduhan berhimpun secara illegal. Demikian kata pengacara Mark Fejgin kepada harian “Nowyje Iswestija”. Sementara polisi memblokir bangunan pengadilan di dekat sungai Moskwa. Jeruji besi sudah sejak Jumat (17/08) pagi memblokir jalan masuk menuju pengadilan.
Di Mana Kebebasan Pendapat?
Di luar negeri, proses pengadilan terhadap Maria Aljochina, Yekaterina Samuzewitsch dan Nadeshda Tolokonnikova mendapat kritik hebat. Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle meminta Rusia, memperhatikan kebebasan seni. Juga di Moskow ada ungkapan solidaritas bagi ketiga musisi. Di seluruh dunia juga bintang musik seperti Madonna, Sting dan Paul McCartney menuntut “kebebasan bagi Pussy Riot.”
Sesaat sebelum pembacaan keputusan pengadilan, pemerintah Jerman menyampaikan kritik atas sikap Rusia terhadap kebebasan berpendapat. Sikap terhadap para musisi dan tahanan pemeriksaan yang berkepanjangan benar-benar tidak pada tempatnya. Demikian dikatakan pejabat urusan hak asasi manusia Markus Löning kepada radio Deutschlandfunk. Aksi protes band itu di Katedral paling banter pelanggaran ketertiban. Pemerintah Rusia kurang memiliki pengertian untuk seni dan kebebasan pendapat. Kritik politisi partai liberal demokrat Jerman Löning.
Pelajaran bagi Kritisi?
Rincian yang menarik: Proses itu digelar di bangunan pengadilan yang sama, di mana pengusaha dan kritisi Putin Michail Chodorkovski tahun 2010 dinyatakan bersalah mencuri minyaknya sendiri.
Chodorkovski, mantan direktur perusahaan minyak Yukos, yang sedang dipenjara itu menuduh Putin melakukan pengejaran politis terhadap musisi band Pussy Riot. „Tujuannya adalah memberi pelajaran kepada kritisi rezim.“ Dikatakan Chodorkovski kepada harian Jerman 'Süddeutsche Zeitung', yang menurut keterangan harian tersebut melakukan wawancara selama berbulan-bulan dengan tokoh oposisi tersebut.
Sementara itu organisasi Hak Asasi Manusia Amnesty International mengakui para musisi perempuan itu sebagai tahanan politik. Di Rusia selain ketiga perempuan anggota band Pussy Riot, mantan manajer perusahaan minyak Michail Chodorkovski serta mantan mitra bisnisnya Platon Lebedev juga mendapat status tahanan politik oleh Amnesty International. (DK/CS) (EPD/ DPA/KNA/AFP)

Sumber: www.dw.de 

0 komentar:

Posting Komentar